Sunday, May 1, 2011

eye-opened-moment

As I went to church today, I was so moved by the sermon delivered that I regretted not having this kind of thoughts for the whole time.
The sermon is about how we should have served the God, using everything that we have, including our body and soul. Thereby, I regretted for not publishing the words I have absorbed through all of the sermon given before so that all my friends could get the same inspiration as what I had had for these whole time.

And today, I decided to write it in my blog, a place where I usually share my thoughts and my inspiring-moments or ideas.

I'll do it in Bahasa of course, as I believe it will create the best effect if it was in Bahasa.
Here we go.

Today's sermon is titled "Bertumbuh dan Melayani dalam Konteks Keluarga dan Gereja"

Bertumbuh tidak sama dengan bertambah.

Bertumbuh = sebuah proses pengembangan diri di mana kita turut berkembang, di mana kita melihat ada perbedan antara dulu dengan sekarang, di mana situasi ini bukan pemberian, melainkan diraih melalui usaha kita sendiri.

Bertambah = sifatnya sangat material

Melayani = bukan cuma soal tindakan, tetapi juga motivasi yang melatarbelakangi / mendasarinya.

Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa mentalitas yang harus kita miliki untuk dapat bertumbuh dan melayani dalam konteks keluarga dan gereja :
1. Melayani dengan ucapan syukur
Sebenarnya, syukur harus diterapkan dalam keseluruhan hidup kita, bukan hanya ketika kita melayani. Kita pergi ke gereja bukan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi sebagai rasa syukur kita atas berkat Tuhan di sepanjang kehidupan kita.
Tanyakan ke dalam diri kita sendiri, apa yang bisa kita beri, bukan bertanya kepada gereja ataupun keluarga mengenai apa yang bisa mereka berikan kepada kita. Bukankah kita hidup untuk memberi?

2. Melayani untuk beribadah kepada Tuhan
Seperti apa yang tertulis di dalam Roma 12, bahwa kita harus mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan, begitulah layaknya kita harus beribadah semampu kita dan bukan semau kita.

Iman bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis. Itulah kenapa kita mengenal kata berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam Kristus. Terlebih lagi, iman tidak cukup hanya diteorikan, tetapi juga dipraktekkan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah terbesar yang kita hadapi dalam relasi kita dengan orang lain adalah kita seringkali menuntut orang-orang di sekitar kita padahal kita harus melakukan sebaliknya. Alangkah indahnya kita juga bisa memberi untuk keluarga kita.

Pertanyaan terbesar adalah, mengapa kita harus melayani?
1. Roma 11 : 36
Bahwa segala sesuatu yang ada pada kita, bukan milik kita, tetapi merupakan titipan Tuhan, yang suatu saat akan Tuhan ambil. Tuhan mengaruniakan itu semua, seupaya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan berikan BANYAK. Tetapi sekalinya Tuhan minta dari kita, selalu kita tolak, seolah-olah semua yang kita miliki (waktu, energi, tubuh, dll) itu adalah milik kita.

2. Setiap kita butuh hidup yang bermakna
Tuhan menghendaki kita memiliki hidup yang bermakna, supaya kita bisa meninggalkan dunia dengan karya kita. Supaya orang akan mengenang kita karena keindahan yang kita tinggalkan.

3. Karena melayani adalah kesempatan
Dan bahwa kesempatan tidak datang 2x. Dan akan ada masanya kita tidak akan dapat melakukan sesuatu, tapi kita tidak bisa berbuat apapun. Karena itu, akan lebih baik jika tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang untuk melayani.


Jadi, haruskah kita melayani? Sekarang?

No comments: