Tuesday, December 4, 2012

Tahun 2012 bagi Seorang Gadis

Saya sadar betul penghujung tahun 2012 masih beberapa minggu lagi, namun perkenankanlah saya untuk mengulas baik kegetiran maupun kemanisan tahun ini, sekarang. Alasannya, tidak lain karena dua penyakit yang saya derita belakangan ini dan baru saja saya ketahui beberapa saat lalu.

Ketika Anda menginjak umur 21, tentunya bukan penyakit yang Anda harapkan menimpa Anda. Umur-umur sekian adalah umur di mana seorang pemuda mencari identitas, mengaktualisasikan diri, mengeksplorasi semangat yang kian menggelora, dan intinya berbahagia menikmati masa muda. Sayangnya, tidak demikian yang terjadi pada saya.

Umur 21 menunjukkan keletihan dan kerapuhan yang luar biasa. Saya mengidap kolesterol tinggi, dan baru saja mengetahui bahwa saya punya masalah di saluran pencernaan yang cukup berbahaya. Saya tidak ingin menceritakan detilnya di sini. Itu tidak lagi menjadi persoalan. Menghadapi dua penyakit tersebut di usia ini, itulah yang menjadi persoalan.

Rupanya tidak cukup hepatitis, typhoid, dan DBD menyerang saya bertubi-tubi di umur saya yang ke-20. Kali ini, penyakit orang tua semacam kolesterol dan saluran pencernaan juga turut menggerogoti badan yang seharusnya masih prima kesehatannya. Betapa menyedihkan.

Tidak ada maksud untuk mengasihani diri sendiri, ataupun mengharap iba dari orang lain. Saya hanya cemas, dan tentunya kecewa. Siapa yang tidak ingin dilimpahi kesehatan? Siapa yang tidak ingin hidupnya bahagia? Bisa menikmati keindahan yang ditawarkan dunia ini? Tentu semua orang bersedia. Namun pilihan itu bukan pilihan yang inklusif, khususnya bagi saya.

Mungkin jarang dari kalian yang berusia sama merasakan penderitaan menahan keinginan untuk makan apa saja sesuka perut dan hati. Mungkin jarang dari kalian yang berusia sama merasakan penatnya mengulang-ulang menu yang sama setiap minggunya. Mungkin jarang dari kalian yang kemudian membatasi diri beraktivitas karena alasan kesehatan, atau bahkan melarang diri bertamasya dan lainnya.

Tapi, tahun 2012 ini juga ternyata tidak hanya kelabu. Saya percaya ada pelangi di akhir hujan. Ada ingatan manis yang bisa saya kenang. Pertemuan saya dengan seorang pengidap kanker yang bertahan hidup dengan chemotherapy dan makanan yang lebih itu-itu saja menyadarkan saya betapa saya masih dihadapkan pada keberuntungan.

Tahun yang penuh dengan kejutan dari keterlibatan saya pada Mahasiswa Berprestasi FISIP, Total Summer School (yang kemudian menghantarkan saya pada Eropa - tempat impian selama hidup), Indonesia Model United Nations, Young Leaders for Indonesia (yang mengenalkan saya pada orang-orang inspirasional dan kawan-kawan menakjubkan dari berbagai pelosok Indonesia), hingga ExxonMobil tempat saya bergulat kini.

Sesungguhnya ada terlalu banyak peristiwa manis yang terjadi. Eratnya hubungan saya dengan si kekasih juga terjadi tahun ini. Bali dan Paris yang masing-masing mengungkap tawa dan duka juga ada di tahun ini.

Terlepas dari segala guratan-guratan pahit yang terjadi karena komplikasi kesehatan, nyatanya juga seimbang dengan simpul manis segala peristiwa. Dan saya patut bersyukur, jika bukan berbahagia. Saya masih punya sesuatu untuk disyukuri. Saya punya banyak hal untuk membuat saya tersenyum.

Kekecewaan pasti selalu ada, di mana pun dan kapan pun. Tetapi cukuplah sudah merasa merana. Toh masih ada orang-orang tercinta yang selalu ada buat kita. Setidaknya, para sahabat yang juga merasakan naik-turunnya roda kehidupan ini.

Jadi, angkat topi untuk Sang Sutradara. Pelukan hangat untuk yang tercinta.

No comments: