Wednesday, February 6, 2013

Amba



"Aku tahu aku akan selamanya mengecewakannya karena aku tak tahu bagaimana mencintai dengan begitu lurus dan lempang, sesuatu yang begitu luhur, begitu tak tercemarkan; aku tak tahu bagaimana mencintai sebuah tanggung jawab. Aku hanya tahu bagaimana mencintai dengan sepenuh jiwa dan raga. Dan itu berarti mencintai beribu rona, mencintai sesuatu yang membuatku merasa sehidup-hidupnya. Juga mencintai yang tidak sempurna."

"... Bapak, maafkan aku karena aku lagi-lagi lancang, tapi anak itu terlahir dari cinta yang telah kukenal betul bentuk dan daya geraknya dari lembar-lembar kitab yang diam-diam kubaca sedari kecil (karena Bapak juga membacanya): cinta yang merupakan gabungan yang karnal dan spiritual, di mana masing-masing saling memperkuat. Dan aku tahu bahwa Bapak selamanya tahu, di dalam lubuk hati terdalam, bahwa Salwa bukan jodohku. Bapak selamanya tahu cinta antara aku dan Salwa bukan cinta yang seperti itu."

"... Aku sendiri bahkan tidak menyadari sifatku sampai Srikandi lahir, sebab sampai titik itu, seluruh hidupku adalah kerja keras untuk selalu lebih baik dibandingkan dengan orang lain di sekitarku. Aku ingin lebih baik ketimbang adik-adik kembarku, ketimbang orangtuaku yang lurus dan sederhana, ketimbang eyangku yang tak mau bergantung kepada siapapun, ketimbang tunanganku yang setia dan baik budi. Baru setelah aku bertemu dengan Bhisma aku menyadari bahwa aku bukan apa-apa, bahwa yang aku ketahui cuma sedikit. Tapi ia membuatku merasa layak dengan segala kekuranganku. Meskipun kemudian aku berpikir, bila ia mampu membuat orang lain merasa demikian di dekatnya, dan bila orang lain itu lebih bernilai ketimbang aku, mengapa ia mau terus bersamaku?"

Di banyak fiksi yang kubaca, tak jarang aku menemukan bagian yang kurasa begitu mirip dengan apa yang kurasakan. Aku yang terlalu gede rasa, atau aku yang hanya mengada-ngada aku tidaklah tahu. Yang aku tahu, aku begitu menyukai roman. Aku menyukai sejarah. Laksmi Pamuntjak tentunya seorang penulis dengan informasi yang menggunung. Kiprahnya dan keahliannya jelas termaktub dalam novel Amba ini. Tetapi, lagi-lagi kisah romansa lah yang menarik hatiku begitu dalam mengikuti kisah demi kisah yang terangkai dalam buku ini. 

Tentunya ada banyak kutipan yang turut menyentuh hati dari paparan mengenai perjuangan banyak manusia di tanah Buru yang terasing. Aku tidak mampu merangkumnya kali ini. Mungkin nanti. 

No comments: