Tuesday, October 14, 2014

Hidup Itu Keras, Bung!

Hidup itu keras. Basi ya tahunya? Emang nih. Sebelumnya, siapa yang kira sih work life bakal segininya? Tapi memang ya, seketika saya masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya (bukan magang), terasa betul 'aroma' kerasnya. 

Saya mungkin bisa berkelit dengan berkata bahwa ini soal 'boss'-nya saja. Tapi pengalaman akhir-akhir ini berkata lain. Hidup itu keras, terutama di dunia kerja, terlepas dari organisasi, industri, pekerjaan apapun yang digeluti, termasuk orang-orang yang diajak berinteraksi. 

Kalau tidak punya atasan yang serba sulit, bertemu dengan klien yang sulit, atau bawahan yang sulit, atau vendor yang sulit, hidup akan jadi sama sulitnya. 

Hari ini saya frustrasi, 70%-nya bukan karena atasan yang sulit, tetapi karena vendor yang sulit. Bagaimana tidak, kami mempekerjakan mereka karena membutuhkan keahlian dan rekomendasi mereka. Tetapi kalau saya jadi menghabiskan waktu berhari-hari memeriksa dan merevisi pekerjaan mereka, dan hasilnya kemudian tidak digubris, siapa sih yang tahan?

Jadi, atasan yang sulit saja tidak kemudian membuat hidup sulit. Segala-galanya membuat hidup sulit. Dunia kerja itu tidak seindah apa yang pernah saya bayangkan. Yang aneh, kenapa bisa terbayang dunia kerja itu lebih menyenangkan dari dunia kuliah sih?

Karena kenyataannya sama sekali bertolak belakang. Dunia kuliah itu dunia yang ideal. Kita bisa bersikukuh dengan pendapat pribadi dan tidak akan ada orang yang mampu menentang. Seburuk-buruknya, kita kehilangan teman. Tapi kita tetap bisa berpegang teguh pada pendirian itu. 

Di dunia kerja, sayangnya, hal tersebut tidak berlaku. Kalau terlalu ngotot, yang ada kita bisa dipecat. 

Kalau selama berkuliah kita bisa mengatur sendiri waktu mengerjakan tugas, di dunia kerja, terlalu banyak tuntutan yang harus dipenuhi. Dan ada banyak orang yang terlibat. Jadi tidak bisa sesukanya saja. Tidak bisa se-target oriented itu lagi. 

Senaif-naifnya saya hari ini, toh saya tetap harus lembur sekian lama mengerjakan pekerjaan. Persetan dengan work-life balance. Kalau mau dapat dihargai karena hasil pekerjaan yang baik (yang dalam jangka panjang mempengaruhi eksistensi kita di satu organisasi), ya mau tidak mau harus tahan ditempa macam hari ini. 

Keras ya? Basi memang, tapi itulah kenyataannya.

No comments: