Thursday, May 14, 2015

Lagi-Lagi

Keluarga kami tidak kenal perencanaan. Kami selalu hidup dalam ketidakpastian. Jarang, dan hampir tidak pernah, kami benar-benar memikirkan aktivitas yang akan kami lakukan sebagai satu keluarga. Dan ini bukan tentang visi sebagai keluarga saja, tetapi hal praktis seperti liburan, atau makan malam di luar rumah. Menyiksa? Mungkin tidak pada awalnya.

Ya, kami menyadari dari waktu ke waktu bahwa banyak pertengkaran yang muncul karenanya, tetapi kami masih bisa bertoleransi. Dendam kedengaran sangat berlebihan.

Tetapi, sekarang semuanya terlihat berbeda karena peristiwa kemarin. Dua hal muncul sebagai kesimpulan. Yang pertama berorientasi pada bagaimana sesungguhnya kami, si manusia-manusia kecil, produk dari pernikahan dan keluarga ini memboyong sifat yang sama karena dibesarkan dalam situasi tidak pasti di banyak waktu.

Saya mungkin hidup dengan gen berubah-ubah yang paling ekstrem. Ketidakmampuan mengambil keputusan, bahkan terkait dengan rencana sehari-hari seperti memutuskan makanan apa yang akan dikonsumsi malam itu terasa begitu memberatkan. Alhasil, saya bisa mengubah keputusan hingga lebih dari 7 kali (angka favorit). Dan itu melelahkan, tidak hanya bagi saya, tetapi bagi orang yang terkena dampaknya.

Tentunya saya tidak menyadari ini, hingga dia melontarkan isu-isu yang menjadi problematika kami. Ternyata, itu jadi masalah yang cukup krusial di antara kami. Tidak bermaksud menyalahkan keluarga, karena toh saya yang paling ekstrem mengidap ini. Saya hanya menyadari betapa keluarga kami begitu rentan terhadap ketidakpastian yang ditularkan oleh satu orang. Dan itu bak penyakit yang menjalar ke bagian tubuh lainnya –macam kanker saja. Membahayakan? Sangat.

Karena kau baru akan menyadarinya ketika kau sowan ke keluarga-keluarga lain, yang dibangun dengan nilai-nilai berbeda, yang pastinya lebih baik. Dan lebih baik punya arti di sini, bukan hanya memiliki visi sebagai keluarga, tetapi juga hal-hal kecil seperti keharmonisan, demokrasi, dsb. Kau jadi malu, bahwa kamu membawa gen-gen yang di banyak waktu berpotensi menjadi masalah. Malu besar aku dibuatnya, memang.

Yang kedua mungkin lebih anti-klimaks dibandingkan klimaks. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, penyakit ini ditularkan oleh satu orang. Dan pernikahan melibatkan dua orang. Jika tidak ada perlawanan dari sang lawan, tentunya kebocorannya bisa berlipat ganda.

Di sisi lain, hal ini kemudian berdampak pada manusia-manusia kecil tadi, yang mengidap penyakit yang sama tetapi dengan persentase berbeda. Halo, saya tidak bermaksud defensif.


Setidaknya sekarang saya tahu darimana itu berasal. Dan bahwa ketidakmampuan membuat perencanaan bisa amat destruktif.

No comments: