Tuesday, March 5, 2013

Pulang



Roman dengan latar sejarah memang menjadi kesukaanku sejak lama. Namun, ternyata gampang-gampang sulit untuk menemukan penulis yang rima dan iramanya tepat di hati, yang diksinya ringan, tetapi tetap mengena sasaran, sembari membuatku berimajinasi kembali pada waktu tempo dulu, ke sejarah yang belum, atau baru melahirkan aku. Di situlah kurasakan betul bagaimana Leila S. Chudori berhasil membuatku tak rela meninggalkan halaman-halaman tersisa kala membaca buku "Pulang" ini. Aku benar-benar terbuai, masuk ke dalam aroma cerita yang mencekam, tragis, tetapi juga mengandung humor. 

Seusai membaca kisah Dimas Suryo, seorang eksil politik yang hingga akhir hayatnya tidak berhasil pulang karena diskriminasi Pemerintahan Orde Baru, beserta kawan-kawan yang bernasib hampir serupa, aku pun membayangkan betapa kejamnya negeri yang dicintai penduduknya ini. Kemanusiaan seolah hilang, terlebih jika mengetahui bahwa cerita "korban" semacam ini tidak pernah diketahui banyak pihak (tentunya karena ada yang dahulu melarang atau memang karena sejarah kita telah tertutup oleh kekuasaan Sang Jenderal - atau lebih tepatnya ditutup). 

Aku sadar juga bahwa ada masalah krusial yang menimpa kurikulum pendidikan di negara ini. Bahwa aku amat sedikit bersentuhan dengan sastra, yang kurasa juga dialami kakak dan adikku (di mana generasi kami telah jauh terpaut), membuktikan bahwa kurikulum tidak mengajak kami untuk mengenal para pujangga, memaksakan kami untuk membaca, bahkan meresapi sejarah kelam yang menyelimuti seluruh negeri. Ada paradigma jawa-sentris yang lekat dengan sejarah Indonesia, ada tangan besi yang membuat cerita tidak lagi berdasarkan fakta melainkan rekayasa. Yang terparah, ada budaya untuk tidak membaca dan mengenal tanah air dengan segala lika-likunya. 

Pendidikan sekarang, entah bagaimana, entah berfokus kemana, tidak mampu melahirkan masyarakat yang beradab, ataupun beradat. Dan itu membuat ngilu. Membuatku cemas dan terus-menerus dilanda kegelisahan. Aku ingin berbuat sesuatu, entah harus mulai dari mana.

Novel ini jelas membangkitkan kesadaran yang walaupun sedari mula ada, tetapi kini kian segar dan terpacu. Di situlah letak nilai tambah yang disajikan karya ini, yang semoga turut menginspirasi kawan lain. 

No comments: