Thursday, April 5, 2012

Cerita Cinta Enrico


Tidak pernah habis rasa kagum saya membaca tulisan Ayu Utami. Halaman demi halaman terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Setiap katanya memberikan kesan yang amat mendalam di dalam lubuk hati. Terlebih dari itu, saya menangkap kesamaan dari tulisan beliau dengan almarhum Pramoedya Ananta Toer, yang juga salah satu tokoh inspirasional idola saya, terutama ketika Ayu berusaha mengangkat kritiknya terhadap peristiwa sejarah yang melingkupi hidupnya dan memperlihatkan permukaan sejarah dari wajah yang berbeda.

Enrico tumbuh dalam situasi pergerakan sejarah Indonesia melawan intrusi Barat di tanah air, diceritakan menghadapi berbagai kemelut hidup dan kerasnya kehidupan. Secara gamblang Ayu mengungkapkan betapa didikan orang tua dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seorang anak, remaja, pemuda, hingga akhirnya menjadi orang dewasa yang sama sekali berbeda. Di sinilah saya bisa merasakan betul kejujuran Ayu dalam menampilkan realitas hidup yang tak banyak disadari manusia modern zaman sekarang. Kemahirannya menggambarkan setiap suasana dengan penuh nuansa emosional, terutama kala Enrico mengalami pergumulan dengan keminoritasannya, dengan agama, dengan kasih terhadap ayahnya, maupun kekecewaan kepada ibunya, benar-benar menusuk dinding-dinding hati saya.

Nilai-nilai yang dianut Ayu dalam hidup selalu terpatri dalam setiap tulisannya, baik implisit maupun eksplisit. Tetapi itulah yang selalu menjadi bahan perenungan atas kekaguman saya pada beliau. Karena beliau selalu membuat saya membutuhkan waktu untuk sendiri, melihat ke kedalaman hati untuk tahu apakah apa yang saya percayai telah benar, apakah saya berbuat hal yang benar dalam hidup, namun yang terpenting, apakah telah cukup otak saya berputar dan berpikir mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan? Karena saya yakin, seluruh pergumulan hidupnya lah yang membuatnya "kaya" akan begitu banyak pengetahuan dan pemikiran-pemikiran hebat.

Perempuan ini begitu cerdas dan menginspirasi. Profisiat. Salut.


*PS: Terima kasih Hasti Triana Putri untuk bukunya :)

No comments: