Begitu hebatnya perasaan bisa mengatur hidup manusia, atau hidupku lebih tepatnya. Keperkasaannya mampu menjatuhkan aku ke dalam lubang terdalam, tetapi juga sanggup mengangkat aku melampaui angkasa luar. Hidupku dipermainkannya. Aku dipermainkannya.
Aku guncang setiap kali dihunus tajam barang setitik saja. Aku rapuh kala ditampar dalam sekerjap mata. Pun mendadak euphoria ketika dipuji barang sekata.
Kebencian itu ada, hasil persetubuhan kepala dengan rasionya. Benci aku pada perasaan ini. Benci pula pada diriku sendiri. Aku dipermalukan olehnya. Aku disudutkan olehnya berkali-kali. Nyata.
Ingin rasanya kulempar jauh-jauh perasaan ini. Tapi apa artinya manusia tanpa perasaan? Apa bedaku dengan binatang? Tapi mengapa terus merongrong tanpa henti? Mencabik-cabik tubuh yang lemah dan terus menancapkan duri?
Perih. Sakit. Pedih. Pahit. Semuanya bercampur aduk mengendalikan diri saat ini.
Kenapa hanya aku yang begini? Kenapa tidak manusia lain? Kenapa tidak laki-laki yang tak berperasaan itu?
Aku ingin berkelit. Berlari jauh mencari perlindungan. Tapi kemana?
No comments:
Post a Comment