Tidak habis-habis rasanya, pertanyaan-pertanyaan yang muncul setiap harinya. Bukan pertanyaan biasa, tetapi pertanyaan akan tujuan hidup saya yang sebenarnya. Sejujurnya, setiap pagi yang saya lewati dianugerahi secercah harapan untuk menemukan tujuan hidup saya hari itu. Tetapi hari demi hari pun berlalu, meninggalkan sekelumit pemikiran yang bergumpal layaknya benang kusut. Hari berpindah, pertanyaan tetap tinggal pada tempatnya. Bertambah, dan semakin menumpuk saja.
Hari ini pun demikian. Pula hari-hari kemarin. Diskusi-diskusi yang terlewat bersama kekasih semakin merongrong batin dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang terlupa. Belum lagi para sahabat juga menekan saya dengan halus dan tanpa sengaja untuk merenungkan pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Galau, terlalu malah. Ingin rasanya memberontak dan memecahkan segala. Tapi buat apa? Buat jawaban atas sesak di dada? Tampaknya takkan ada hasilnya.
Merenung? Bertapa? Kurangkah permenungan saya selama ini? Kurangkah pergumulan hati saya di waktu yang telah lalu? Mengapa tak saya temukan juga sebuah jalan yang ingin kutuju? Dengan lubang-lubang yang pasti saya lalui dan perbukitan yang pasti saya daki? Meski dengan kepedihan hati yang juga pasti?
Perasaan ini telah merasuki saya. Jauh, sejak dulu. Sejak ratusan, bahkan ribuan hari yang lalu. Saya tidak punya keyakinan. Tidak, atas diri saya sendiri. Saya merasa payah. Apa yang saya punya dan dapat saya banggakan pada orang? Apa yang bisa saya tekuni hingga saya dapat merasa bahagia? Mau dibawa kemana hidup ini? Maukah berlari mengitari lorong yang sama terus-menerus? Maukah mengepakkan sayap ke pegunungan asing? Saya jalan di tempat. Sejak dulu. Tanpa tahu apa dapat saya lakukan bagi bangsa ini.
Idealisme ada. Ide pun tak kalah. Tetapi mengapa tak kunjung juga keyakinan itu datang? Tidak juga keragu-raguan itu hilang? Akankah esok jadi esok yang sama? Sampai kapan?
Akankah angin bertiup dan membisikkan sejumput kata-kata manis? Ataukah bilur perih justru datang lagi dan lagi?
No comments:
Post a Comment