Keluarga
kami tidak kenal perencanaan. Kami selalu hidup dalam ketidakpastian. Jarang,
dan hampir tidak pernah, kami benar-benar memikirkan aktivitas yang akan kami
lakukan sebagai satu keluarga. Dan ini bukan tentang visi sebagai keluarga
saja, tetapi hal praktis seperti liburan, atau makan malam di luar rumah.
Menyiksa? Mungkin tidak pada awalnya.
Ya,
kami menyadari dari waktu ke waktu bahwa banyak pertengkaran yang muncul
karenanya, tetapi kami masih bisa bertoleransi. Dendam kedengaran sangat
berlebihan.
Tetapi,
sekarang semuanya terlihat berbeda karena peristiwa kemarin. Dua hal muncul
sebagai kesimpulan. Yang pertama berorientasi pada bagaimana sesungguhnya kami,
si manusia-manusia kecil, produk dari pernikahan dan keluarga ini memboyong
sifat yang sama karena dibesarkan dalam situasi tidak pasti di banyak waktu.
Saya
mungkin hidup dengan gen berubah-ubah yang paling ekstrem. Ketidakmampuan
mengambil keputusan, bahkan terkait dengan rencana sehari-hari seperti
memutuskan makanan apa yang akan dikonsumsi malam itu terasa begitu
memberatkan. Alhasil, saya bisa mengubah keputusan hingga lebih dari 7 kali
(angka favorit). Dan itu melelahkan, tidak hanya bagi saya, tetapi bagi orang
yang terkena dampaknya.
Tentunya
saya tidak menyadari ini, hingga dia melontarkan
isu-isu yang menjadi problematika kami. Ternyata, itu jadi masalah yang cukup
krusial di antara kami. Tidak bermaksud menyalahkan keluarga, karena toh saya
yang paling ekstrem mengidap ini. Saya hanya menyadari betapa keluarga kami
begitu rentan terhadap ketidakpastian yang ditularkan oleh satu orang. Dan itu
bak penyakit yang menjalar ke bagian tubuh lainnya –macam kanker saja.
Membahayakan? Sangat.
Karena
kau baru akan menyadarinya ketika kau sowan ke keluarga-keluarga lain, yang
dibangun dengan nilai-nilai berbeda, yang pastinya lebih baik. Dan lebih baik
punya arti di sini, bukan hanya memiliki visi sebagai keluarga, tetapi juga
hal-hal kecil seperti keharmonisan, demokrasi, dsb. Kau jadi malu, bahwa kamu
membawa gen-gen yang di banyak waktu berpotensi menjadi masalah. Malu besar aku
dibuatnya, memang.
Yang
kedua mungkin lebih anti-klimaks dibandingkan klimaks. Seperti yang sudah
kukatakan sebelumnya, penyakit ini ditularkan oleh satu orang. Dan pernikahan
melibatkan dua orang. Jika tidak ada perlawanan dari sang lawan, tentunya
kebocorannya bisa berlipat ganda.
Di
sisi lain, hal ini kemudian berdampak pada manusia-manusia kecil tadi, yang
mengidap penyakit yang sama tetapi dengan persentase berbeda. Halo, saya tidak
bermaksud defensif.
Setidaknya
sekarang saya tahu darimana itu berasal. Dan bahwa ketidakmampuan membuat
perencanaan bisa amat destruktif.
No comments:
Post a Comment