Ada kekecewaan yang nyata, sekaligus ketidakrelaan yang pasti pada perpisahan kali ini. Meskipun semua perasaan ini bukan sesuatu yang baru lagi, tetapi semuanya selalu sulit untuk dijalani. Karena sesungguhnya persoalan ini bukanlah perkara suka atau tidak suka, sayang atau tidak sayang, cinta atau tidak cinta. Perkara yang sebenar-benarnya adalah soal belajar menggunakan logika dan menghadapi kenyataan.
Bahwa sesungguhnya ada hal di dunia ini yang tidak pernah bisa kita paksakan. Ada hal di dunia ini yang tidak bisa kita tutup-tutupi. Ada hal yang memang hanya perlu dihadapi dan diterima. Dan itu yang benar-benar menganggu saya kali ini. Tentu saya tidak dengan mudah bisa menerima fakta bahwa hampir dua setengah tahun belakangan berlalu sia-sia begitu saja. Tidak mudah bagi saya untuk bisa menerima fakta bahwa kekuatan cinta tidak mampu menyelesaikan segala persoalan yang ada. Tidak mudah juga untuk belajar menerima sesuatu yang tidak kita sukai. Berpisah, merelakan, dan menyerahkan diri pada kuasa yang lebih besar, hal-hal itu tidak pernah mudah untuk dilakukan.
Dan itu jugalah yang hingga sekarang menghinggapi pikiran saya, mungkin juga untuk beberapa waktu ke depan. Saya perlu belajar menerima, meskipun tidak rela. Saya perlu belajar memahami, meskipun ada rasa kecewa.
Sama juga dengan apa yang saya inginkan pada dirinya. Saya memahami betul apa yang ada di dalam pikirannya, apa yang dirasakannya, yang mungkin tidak kurang ataupun lebih dari yang saya rasakan: ketidakrelaan. Merasa begitu banyak hal yang telah dikorbankan, tidak pernah mudah bagi salah satu dari kami untuk kemudian membiarkan semuanya berlalu begitu saja, tanpa balasan, tanpa hukuman, tanpa kekecewaan, dsb.
Tapi apa lagi yang bisa kita lakukan? Setiap manusia punya batasan. Batasan itu yang perlu kita hargai. Setiap manusia punya pilihan. Pilihan itu yang harus kita hargai. Karena hubungan bukanlah melulu masalah perasaan, tetapi kemampuan menilik persoalan, dan menghadapinya dengan kepala dingin.
Pemaksaan hanya akan berujung pada sakit hati yang tidak karuan. Pemaksaan hanya akan berujung pada ketiadaan. Luka hanya akan bertambah besar.
Ingin rasanya saya meneriakkan semua perasaan saya kepada langit. Berharap bahwa dia yang di seberang sana bisa mengerti lebih dalam, dan tidak menghakimi dalam dendam. Karena pada akhirnya, hidup butuh perjuangan. Bahkan cinta, butuh diperjuangkan. Hingga titik tertentu yang masuk akal.
Saya rela mati untuk kebenaran.
No comments:
Post a Comment