Hari ini jadi malam natal paling menyedihkan selama aku hidup di dunia ini. Bukannya bersukaria melihat anak-anak paduan suara yang jelas-jelas bercanda penuh tawa menyambut sukacita kedatangan Tuhan Yesus, aku menangis merenungi nasib yang kuanggap buruk. Aku merenungi orang-orang yang pergi meninggalkan aku sendirian seperti seonggok daging tak berharga.
Tak perlu nasehati aku. Aku tahu apa yang aku harus lakukan. Aku selalu tahu. Aku selalu tahu kekuranganku dan cara memperbaikinya. Aku cuma belum berhasil mempraktekkannya hingga sekarang.
Aku tahu aku justru harus berfokus pada orang-orang yang mencintai aku secara nyata, keluarga dan sahabat, serta Tuhan yang senantiasa memberikan begitu banyak berkat. Tapi, aku mempertanyakan konsep Tuhan. Aku mempertanyakan keberadaannya. Aku mempertanyakan nasib malang yang menimpaku, di mana orang-orang yang justru kusayangi, malah mencampakkan aku begitu saja. Kemana Tuhan, jika Dia memang ada?
Dan dangkalnya pemikiranku yang hanya melulu memikirkan persoalan itu. Tapi, hey, jangan menghakimi. Kamu tidak tahu apa rasanya jadi aku. Kamu mungkin tidak mengalami perasaan yang berjudul kesepian. Atau ditinggalkan, secara tidak hormat pula.
Rupanya, aku memang lebih dari seorang hina yang tak punya nilai apa-apa. Aku bukan sosok tabah yang selama ini dipercaya banyak orang. Aku tidak sempurna. Sangat tidak sempurna. Dan sama sekali salah kalau aku berusaha jadi sempurna. Karena ada terlalu banyak ketidaksempurnaan yang berkarya dalam manusia.
Angkuhnya dirimu. Butanya dirimu. Menyedihkan sekali aku.
No comments:
Post a Comment