Rindu
memang belum sampai mendatangkan penyakit pada tubuhku; aku masih dapat
mengandalkan rasio ku untuk itu. Tetapi itu tidak berarti rindu itu tidak cukup
besar, sayang. Justru sebaliknya. Rindu itu bergemuruh, merasuki tulang dan
dagingku, darahku, dan paru-paruku; mendorongku berteriak hingga gemanya mampu
menghampirimu, dan menyampaikan perasaan itu.
Pagi
ini, layaknya pagi-pagi kemarin. Kamu adalah orang pertama yang kuingat,
setelah sebelumnya menjadi yang terakhir menemani imaji dalam kepala. Tiada hari
aku lalui tanpa bergulat dengan diriku yang lain; si pesimis dan rendah diri
yang sibuk mempertanyakan segalanya.
Kamu
mungkin tidak tahu itu. Biarpun tahu, tidak akan peduli. Bagimu ini hanya
sebuah permainan. Jikapun sebuah kebenaran, kamu tidak berpusing-pusing karena
kamu bukan aku. Aku dengan segala problematika hidupku. Kamu tetap kamu. Kamu
dengan segala kesibukanmu. Tidak ada kita.
Tidak
ada.
No comments:
Post a Comment