Apa yang membuat semua ini terjadi pun saya tak tahu menahu.
Yang saya tahu hanya lah kenyataan bahwa saya ingin menangis, walaupun tanpa alasan yang pasti.
Ah, mungkin ini hanya sindrom datang bulan saja.
Ya, alasan itu kerap kali muncul. Tapi memang tak bisa saya pungkiri bahwa setiap datang bulan, selalu saja perasaan galau semacam ini pasti timbul dan tenggelam.
Sudah lama ya, blog saya ini tidak diisi dengan kegalauan maupun kelabilan anak remaja semacam ini. Saya memang berusaha keras untuk menghindar dari semua perasaan-perasaan, yang saya kategorikan negatif sekarang.
Saya hanya tidak ingin mengecewakan para sahabat dan teman yang telah begitu baik dan penuh komitmen untuk membantu saya melewati masa-masa kelam di waktu yang lalu.
Namun apa daya ketika separuh jiwa saya berteriak minta tolong, karena tak sanggup lagi menanggung beban yang selama ini saya pendam. Ada terlalu banyak yang saya simpan. Ada terlalu banyak yang berusaha saya kubur.
Saya tidak ingin, sama sekali tidak ingin, mengingat lagi wajah yang sama, mengenang momen yang sama, mengulang-ngulang pahit masa lalu.
Rasanya sama saja seperti mengais-ngais luka yang telah berhasil tertutup.
Ingin teriak rasanya semua darah ini. Mengapa setiap saat ada saja hal yang membuat saya stagnan. Ada saja hal yang membuat saya tidak bisa melihat ke depan?
Kenapa ada banyak orang yang justru menyuruh saya melihat lagi ke belakang?
Letih. Letih rasanya.
LETIH. LETIH. LELAH SUDAH.
Serius. Pergi lah.
No comments:
Post a Comment