Mungkin memang sudah saatnya saya punya pacar, atau mungkin tidak juga. Saya memang merasa nyaman dengan kehidupan saat ini, tidak lagi berkoar-koar membutuhkan pacar layaknya perempuan yang tak punya harapan. Tapi itu tidak berarti bahwa saya akan sendirian untuk seterusnya. Memang selalu ada kerinduan untuk berhubungan lagi dengan orang lain, tapi saya tidak ingin tergesa-gesa memutuskan, dan pada akhirnya menyesal karena hubungan yang saya coba bangun tidak berhasil. Saya pikir, dikelilingi para sahabat dan teman-teman yang amat suportif cukup membuat saya bahagia, tanpa perlu sosok lain yang bisa saja membuat situasi tambah keruh.
Entah apa yang membuat saya menulis semua ini. Yang pasti, kemarin saya memutuskan untuk bertemu dengan seseorang yang baru saya kenal lebih kurang satu minggu. Saya berbunga-bunga oleh perbincangan yang terlewat, keramahan yang ditunjukkan, serta keintiman yang kami bagi lewat semua perbicangan itu. Beberapa saat sebelum saya bertemu dengannya, saya pikir inilah saatnya untuk membuka hati bagi seseorang yang baru.
Di sanalah saya, menghabiskan waktu bersamanya dan teman-temannya. Dan di sana pulalah saya sadar, bahwa dia bukan orang yang saya nanti-nantikan. Keramahan itu memang saya rasakan, tapi tidak sekuat yang saya rasakan ketika kami berbincang tanpa tatap muka. Bisa dibilang, keintiman itu juga sedikit luntur karena banyaknya orang yang harus saya ajak bicara kala itu.
Pagi hari ketika saya bangun kemarin, saya habiskan dengan berpikir bahwa malam yang sama ketika saya pulang, saya mungkin akan berada satu tahap lebih dekat dengan orang tersebut. Atau mungkin dengan sesosok lain yang juga saya temui siang itu. Nyatanya, keduanya bukan sosok yang saya nantikan. Dan saya pulang dengan harapan yang pupus.
Walaupun begitu, harapan pupus tidak membuat saya sedih. Selalu ada sisi positif di setiap kejadian yang telah lalu. Saya merasa senang tidak memaksakan perasaan ini untuk siapapun. Saya ingin mempersembahkannya untuk seseorang yang memang pantas mendapatkannya.
Saya tak pernah tahu kemana hati ini akan membawa, mungkin ke salah satu dari kedua sosok itu, atau ke tempat lain yang tak pernah terbersit sekalipun sebelumnya.
Siapa tahu?
No comments:
Post a Comment